Minggu, 21 Maret 2010

Midnight Skype

1st meets 2nd. It is just a simple sharing in midnight Skype conversation.

(Web camera: on)

(1st) “Have you ever fall for the wrong person? Once or twice? In my case I always fall for the wrong person. I tend to choose the wrong object of affection. Somehow I good at it. Good at wrong. This whole mess starts when I was younger, a silly teenager. My very first mistake, an unfinished business, even until now. I was in a relationship with my first boyfriend in college, and I fall for my best friend. Twisted. Never saw that coming. It happened when my boyfriend at that time was away to Europe for vacation. I started hang out with this guy I used to call a friend, and then become my best bud. Until, he hold my hand after we went to a movie. Shewtttt. I feel strange, because I was having butterfly in my belly because my best bud held my hand. I must admit, I was strangely happy, very happy. Wait; was it cheating or an affair? I didn’t know. I was too happy back then. What a silly girl I was. Hmm anyway, turned out it ruined our friendship and my relationship. Hahaha. What a lesson!”

(2nd)”Hahahaha, you get yourself right. A silly girl! Hmm, let me think. Ah, I get this experience. Just like you, a wild college time. I fall for this hot-and-cold-kind of guy. He was a blast from the past. I never consider him as one of my-boyfriend-to-be. Hah! Talking about those checks list: good looking, hot body, romantic, gentleman, same religion, caring, good job, etc. None! He was failed from the beginning. Hahaha. He was rude, selfish, spoilt, yet made me fall. Fall for his honesty and sarcasm. D*mn. He’s different. He’s nothing like all the guys around me. He’s nothing like all my ex-boyfriend. He’s bad. He’s completely a disaster in my peaceful life. And I was glad he came, I guess. He brought this rollercoaster sensation. He’s there and he’s gone. Do you know Katy Perry’s song? Hot and cold. Gosh, I was so kiddo, sang that song over and over again especially at karaoke time with my girls. Well he was my Indian summer in the middle of a winter. But due to religion stuff, I pull myself back. Not healthy and too dangerous. Oh, did I tell you I was engaged back then? Lol.”

(1st) “You’re crazy! I was a stupid teenager but you were somebody’s fiancĂ©e back then. Wild! Roar! Lol. Hmm, and so my fall record continue. I did fall for my teacher. Can you imagine? Not too original, eh? But I fall for him like crazy. You know, at first I saw him as plain boring teacher, until he started teaching. I can see passion in his eyes, and for me it is too sexy too handle. I can feel his warmth from the back of the class. And when he called my name and smile, my heart beats heavily. I was so worry, I thought I could get a heart attack. I always study hard at his class. Never missed one. I was so bright and became totally crazy. I googled him, stalked his facebook, followed his twitter, anything! And I found out he was married to this woman. It hit me. I cried. So emo, euww-ing myself now you know. It took time to get over him. Not that easy, even though we never had a real relationship. It was all me, tango by myself. Do you know what I did? I kept looking at him every time I got a chance. Cause I had this theory, if you stare at someone continuously you’ll find him (him-in my case) not so attractive anymore. So I stare at him, and he was so cute! I was under his spell. Dang! Lol yeah, I still have a lil crush for him until now..”

(2nd)” Married guy???? Puhleasseeeeee. Back off! It’s an alarm, stay away! But I bet he had this mature guy aura. Lol. I always wanted an older guy you know. They settled and mature, somebody I could trust my life to.. Then he came along just like a song and brightens up my day. YES! A kid. Far from my dream. Hahahaha, not a kid, kid. I mean he was younger than me. He was a junior at my office. I was chosen to train him, well not only him but group of newbie. And he’s one of them. Nothing, trust me, nothing happened at that time. I mean, he was good looking and stuff but he’s like never cross my mind. And my best friend likes him a lot. A lot. So just leave him to her. I didn’t care. Years passed and I just broke up with my boyfriend when I got an email from my cutie junior. The point is that email changed many things. Hahahaha. Mostly good things. It was fun and breathtaking until I knew he was in a relationship with the boss’s daughter. Hey, how can I beat the owner of the company? Whatever. Not so whatever actually, I lost concentration at job, I showed bad performance at work and I was fired. Thanks to that cutie junior. I fall for him.” *sigh.

(1st) “No waaayyyyyyyyy! You lost your job? What a fall! Guess we girls have to watch our heart from a cute junior!”

(2nd) “..and a married guy!”

(1st) “..and a hot-and-cold-guy! Especially when bad news stamp on his forehead.”

(2nd)”.. and our best bud!”

(1st and 2nd) lol

*yawn. Time to go sleep.

(Web camera: off) oh well, this is the last thing I can do to have fun with no internet connection for days. Midnight Skype with yourself, anyone? :)

Rabu, 03 Maret 2010

Mendengar Luka

Pernah mendapati beberapa hiasan di bagian-bagian tubuh? Misalnya hiasan warna biru di paha yang bisa disebut memar atau hiasan garis di lengan bawah yang bisa disebut goresan. Lebam, memar, goresan, sebut saja luka. Luka itu muncul dengan tiba-tiba, tanpa pernah tahu kapan datangnya. Kemudian ketika kita berusaha mengingat darimana datangnya luka itu, hanya lupa yang ada. Kalau bukan lupa, yah hanya bisa berandai-andai. Oh mungkin tidak sengaja menabrak kursi. Oh mungkin terlalu keras berolahraga. Oh mungkin tercakar anjing dan serangkaian “Oh” yang lain.

Luka disertai lupa itu tidak begitu penting. Toh tidak begitu sakit. Toh tidak tahu kapan munculnya. Luka yang disertai ingat baru lah penting. Mengapa penting? Karena luka macam itu memberikan pelajaran. Berbeda dengan luka yang disertai lupa, hanya menjadi hiasan. Sedangkan luka yang disertai ingat tidak memudar begitu saja. Pudar di kulit tapi tak pudar diingatan. Pantas dipantaskan dan pantas untuk diingat.

Luka dengan ingatan itu berbagai macam dan rupa. Kerap kali di dahului dengan tindakan. Entah diri kita menjadi pelaku atau yang dilaku. Misalnya kita melakukan kecerobohan hingga jatuh tersandung, timbulah luka memar di lutut. Hal ini mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati ketika berjalan. Walaupun memang ada orang-orang yang memiliki keseimbangan yang kurang baik dan selalu terjatuh, tetap saja luka itu ada di sana.

Lain lagi dengan luka yang memang sengaja kita buat. Luka di tangan misalnya, ketika seseorang mengiris pergelangan tangan untuk mengakhiri hidupnya. Entah karena kecewa terhadap hidup atau sekedar bereksperimen. Tapi luka macam ini jelas sengaja diciptakan di tubuhnya sendiri. Beruntung apabila si pelaku masih punya kesempatan belajar dari luka tersebut. Masih hidup dan masih bisa belajar. Jika tidak, luka tersebut menjadi luka terakhirnya dan di saat itu tidak ada mahkluk hidup yang benar-benar tahu apa dia bisa belajar dari luka itu. Hmm, pengecualian tampaknya.

Luka lain, luka yang diciptakan karena dilaku. Menjadi objek, atau lebih parah korban. Sebut saja, dipukul, ditonjok, ditendang, dicubit, ditampar, digaruk, dilempar, didorong, dijambak, di di di di di dan di di di yang lain. Kekerasan. Luka semacam ini biasanya diiringi dengan kesakitan, kesedihan, kekesalan, kemarahan, kekecewaan, dan ke ke ke yang lain. Tak salah karena ini realita hidup. Benar memang pernah terjadi, masih terjadi dan akan terjadi entah dimana dan bisa dialami oleh siapa saja. Luka macam ini ekspresif, terpapar dan kasat mata. Apa yang bisa dipelajari? Personal dan unik, tergantung dari bagaimana seseorang dilaku. Mungkin karena ia memancing kemarahan orang lain, sehingga ia mendapat luka. Jika karena itu, ia harus belajar untuk berhati-hati menghadapi manusia yang mudah marah/melaku dan sayangnya lebih kuat dari dirinya. Mungkin juga karena ia melukai terlebih dahulu hingga ia dilukai kemudian. Ah, ini terlalu malas untuk dibahas, yang jelas ia harus bisa menahan diri atau paling tidak pilih-pilih orang.

Luka-luka yang dijelaskan di atas semuanya adalah luka yang berteriak. Ada yang teriakannya kencang. Ada yang teriakannya ala kadarnya. Ada yang teriakannya lemah. Tapi luka yang paling perih justru adalah luka yang hening.

Keheningan luka itu mencekam. Entah seseorang sadar ketika mendapatinya atau tidak sadar hingga tiba-tiba mendapati luka tersebut. Luka yang hening itu tidak teriak. Luka yang hening itu tidak kasat mata. Luka yang hening itu hanya bisa dimaknai oleh tiap pribadi. Luka yang hening itu bisa merubah pandangan seseorang tentang hidup. Betapa dasyatnya luka yang hening itu.

Sebut saja, anak muda yang baru patah hati, dikhianati kekasih. Jangan anggap remeh, apabila dimaknai secara mendalam bisa saja menimbulkan luka hening yang akan selalu diingat seumur hidupnya. Setiap orang pasti akan, sedang atau pernah melewati masa muda bukan? Lain halnya dengan seseorang yang ditinggalkan untuk selamanya oleh figur yang sangat penting dalam hidupnya. Luka yang hening tergambar secara abstrak dalam kepedihan mendalam yang ia teriakkan dan tangisi. Tapi hanya dirinya lah yang paling tau, paling merasa, paling luka. Ada lagi korban bencana alam, secara kasat mata fisiknya terluka tapi luka heningnya lah yang membuat dia terguncang. Guncangan yang sangat hebat yang bisa membuat jiwanya terganggu. Luka hening yang dialami oleh massa tapi tetap berbeda-beda satu sama lain. Kesemua luka hening tersebut didapati dari sebuah pengalaman pahit.

Seperti apa rupa dari luka yang hening itu? Tidak ada yang benar-benar tahu. Ya, karena keheningannya lah ia menjadi misterius. Bila dicoba untuk didefinisikan, malah terjebak di dalamnya. Luka yang hening bisa membuat seseorang mengeluarkan air mata kepedihan. Luka yang hening bisa membuat seseorang hancur hati. Luka yang hening bisa membuat seseorang kehilangan makna hinggga kemudian mendapati makna.

Cobalah korek luka yang hening dari seseorang. Berat, sulit dan membutuhkan tingkat kepekaan yang tinggi kalau tidak ingin ditampar atau diludahi. Luka hening sendiri saja tidak mau dikorek orang kan? Begitu pula dengan orang lain. Lagipula untuk apa mengorek luka yang hening dari orang lain? Kalau dipikir-pikir, sebaiknya seseorang menikmati luka heningnya masing-masing. Korek saja luka heningmu sendiri hingga puas.

Tapi, akan selalu ada tapi. Biar saja bila ini disebut pembenaran, tapi tingkat keheningan luka seseorang yang berbeda-beda itulah yang membuat pengalaman hidup seseorang berbeda-beda. Apabila sesama manusia sudah saling tidak peduli dan apatis, hingga ia yang paling berpengalaman dengan luka tidak mau berbagi cerita tentang lukanya dan membiarkan lukanya dikorek, apa yang akan terjadi? Dunia bukan cuma dipenuhi luka, tapi juga borok. Borok karena tidak mau saling berbagi perih dan membuatnya lebih ringan.

Tapi, lagi-lagi tapi, siapalah yang berhak mengatur? Siapalah yang memiliki kapasitas untuk meminta orang lain berbagi luka dengan sesama? Jadi bila kita mendapati diri kita memperoleh kesempatan untuk mendengarkan luka yang hening dari orang lain, pakailah perasaan dan empati. Tidak mudah membiarkan orang lain masuk ke dalam cerita hidup paling pribadi dan berbagi luka yang hening. Berikan lah telinga dan hati untuk mendengar luka.